CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA MONTOK PART2

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA MONTOK PART2

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA MONTOK PART2, Hasrat-Bispak31 Kami balik arah, serta mereka berdua temaniku kembali lagi ke kelas. Serta ke-2  pacarku ini tidak jenuh jemunya memikat dan mengejekku terkait Andy. Saya kembali lagi tidak dapat membalasnya, cuma tersenyum malu serta pasrah terima semuanya. Saya cuman dapat mengharapkan kami lekas sampai ke kelasku. Namun di saat kami sampai di muka pintu kelas, tiba-tiba saya berasa pengin buang air kecil.

"Sher… kamu kembali ke kelas saja dahulu. Jen, saya pengen ke toilet, kelak bila ditanyakann pak Totok tolong bilangin saya masih ke toilet dahulu ya", saya menitip pesan pada Jenny.

"Eliza… saya temanin kamu ya…", Jenny merengek-rengek.

"Eh… tidak perlu ah… sekejap saja kok", kataku sembari ketawa geli.

"Ya telah dech, tidak boleh lama-kelamaan ya sayang… Sher, saya masuk dahulu, bye bye…", kata Jenny lalu sama sama lambaikan tangan dengan Sherly, lantas masuk ke kelas.

Sherly sendiri terus merengkuh tanganku. Sebetulnya saya sedikit risi digandeng oleh Sherly dengan mesra sebagai berikut, namun saya menurut saja sembari mengharap dalam hati mudah-mudahan tak ada yang syak wasangka menyaksikan kemesraan Sherly padaku yang sedikit di luar batasan ini.

Selanjutnya kami hingga sampai di muka pintu kelasnya Sherly, dan saya tunggu Sherly membebaskan gandengan di tanganku.

"Sudah dahulu ya Sher, saya ke toilet dahulu", kataku sekalian tersenyum pada Sherly.

"Eliza… saya temani kamu ya…", bisik Sherly di telingaku.

"Ih kamu kok jadi seperti Jenny sich?… Tidak mesti dech, saya kan cuma sesaat", jawabku dengan berbisik juga, dan kembali lagi saya ketawa geli.

"Iya dech, sampai kelak ya Eliza", kata Sherly dengan style sedih, tetapi dia lambaikan tangannya.

"Iya, hingga kelak", saya menjawab sekalian angkat tanganku pula, lalu saya selekasnya ketujuan toilet.

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA MONTOK PART2

Sewaktu saya akan masuk, saya berpapasan dengan Vera yang baru keluar toilet. Kami sempat sama sama sapa, dan diam diam saya terasa terheran-heran, kenapa barusan Vera tersenyum aneh begitu sewaktu dia melihatku.

Entahlah, lalu saya selalu masuk ke toilet wanita ini, serta dengan asal-asalan saya menunjuk satu diantaranya dari 6 kamar kecil yang berada pada dalam sini. Sesudah saya tuntas buang air kecil serta mengatur pakaian dan rok seragamku, saya selekasnya keluar buat kembali lagi ke kelasku.

"Emmphh…", saya menjerit terbendung sewaktu tau-tau ada suatu tangan yang membungkam mulutku.

Belum saya bereaksi, suatu tangan yang lainnya melingkar di muka dadaku dan menarikku ke belakang, dalam pelukan pemilik ke-2  tangan ini.

Saya meronta dengan hati takut, namun pelukan ini terlampau kuat, sampai tanpa ada perlawanan yang memiliki arti, saya telah terbawa masuk ke gudang yang berada di sisi toilet, tempat di mana Vera tidak tahu disetubuhi atau sedang layani Dedi dan Pandu 2 hari lalu.

Penculikku ini selalu menarikku ke ujung tempat ini, sampai kami ada pada balik timbunan meja serta bangku tua. Tanpa ada lepaskan bekapan tangannya di mulutku, dia menghimpit bahuku sampai saya berjongkok, dan tidak berapa lama kemudian penculikku ini duduk dari sisi kananku, lalu dia memangku badanku di atas pahanya.

"Eliza… kamu gak boleh ribut! Secepatnya ada tontonan yang memikat", bisik penculik ini dalam telinga kiriku.

Nada ini membuatku merinding lantaran saya tahu ini nada Dedi. Saya tercenung sekejap, lalu saya menggangguk perlahan. Lebih bagus saya menurutinya, sebab bila saya memunculkan kemelut, lalu banyak yang mengetahui saya dalam gudang ini sedang berduaan dengan Dedi, apa saja pertimbangannya namaku pasti remuk.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Bekapan di mulutku dilepaskan, serta saya diam saja tanpa ada usaha menyaksikan menjurus Dedi. Di gudang ini entahlah bakal ada tontonan apa, tetapi seusai tontonan itu usai, saya khawatir Dedi gak bakal membiarkanku pergi demikian saja sebelumnya memaksakan saya layani gairah birahinya dalam gudang ini.

Saya tidak sedang suasana hati buat ngeseks kini. Diam diam saya berpikiran bagaimana biar ini hari saya tak harus memasrahkan lubang vaginaku ditembusi tangkai penis lelaki busuk ini. Kemungkinan saya dapat coba tawarkan service oral dengan argumen saya tidak ingin ketauan pihak lain karena saya mendesah, atau saya takut ditanyakan guru di kelasku sebab saya kelamaan ada pada toilet.

Dengan demikian mudah-mudahan sang kurang ajar ini terima alasanku serta tak memaksakanku buat ngeseks dengannya. Saat saya memikir adakah argumen yang lebih baik, tau-tau kurasakan Dedi menggandeng lenganku, dan saya arahkan penglihatan mataku mengarah yang dipilih oleh jemari telunjuk Dedi.

Saya tercenung lihat masuknya orang cebol yang kukenali selaku pelayan satu diantara stan di kantin sekolah. Saya gak tahu nama sang cebol ini, namun saya tahu pemilik stan tempat sang cebol ini bekerja yakni Cie Fifi, seseorang wanita yang menurutku wajahnya elok, umurnya lebih kurang 29 tahun.

Kehadiran sang cebol ini membuatku sedikit takut. Saya tahu diam diam sang cebol ini senang memandang tajam menuju Jenny, Sherly, saya, dan siswi lain yang tengah makan di kantin. Tidak tahu apa yang dikehendaki Dedi dengan membawaku ke gudang ini saat lagi ia mengerti sang cebol ini bakal masuk ke sini.

Sang cebol duduk dengan semaunya di bangku yang berada di tengah area ini. Saya tidak ketahui apa yang lagi dilakukan, apa tunggu seorang, atau dia berencana suatu yang lainnya.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D


Tau-tau pintu gudang ini terbuka kembali, serta saya terheran menyaksikan kehadiran Cie Fifi yang masuk dengan raut paras dongkol. Namun anehnya Cie Fifi justru mendatangi sang cebol yang lagi tersenyum senyuman menjijikan.

"Halo Fifi sayang", sapa sang cebol, sementara Cie Fifi cuman diam gak menjawab.

Tidak berapa lama kemudian sang cebol berdiri, serta selanjutnya jantungku berdebar-debar kuat menyaksikan suatu panorama erotis yang mengagetkan terhidang di hadapanku.

Sang cebol menyelinap masuk ke rok Cie Fifi yang cuma diam saja. Kepala sang cebol yang saat ini berada pada dalam rok Cie Fifi, cocok di muka pangkal paha Cie Fifi membuat sisi depan rok itu menyembul.

"Sshh…", Cie Fifi mendesah sekalian pejamkan mata dan menggigit bibirnya sendiri.

Saya selalu melihat sisi yang menyembul dari rok Cie Fifi yang pasti yakni kepala sang cebol itu bergerak gerak, bikin nafsuku perlahan-lahan bangun, serta saya harus usaha mengendalikan napasku yang mulai mengincar.

"Mengapa elok? Kamu ingin digituin seperti Cik Fifi? Kok kamu ikut pula turut gigit bibir?", tau-tau kudengar bisikan Dedi.

Parasku berasa panas, saya baru sadar bila rupanya saya pula menggigit bibirku sendiri. Saya memandang Dedi dengan kecewa. Tetapi sudah pasti saya gak dapat melakukan perbuatan sejumlah macam dibanding nasibku malahan jadi kian jelek. Saya tidak tahu apa yang bisa berlangsung padaku kalaupun saya bikin kerusuhan yang menimbulkan sang cebol ini tahu saya berada pada sini.

Dedi cuma tersenyum senyuman, sama memuakkannya dengan senyum sang cebol barusan. Dan saya gak dapat banyak berbuat saat Dedi yang memangku badanku ini merengkuhku dari belakang serta memulai menarikku.

Dengan ke-2  tangannya yang mengitari badanku dari belakang ini, Dedi mulai meremasi ke-2  payudaraku, kadangkala halus, terkadang kasar, yang benar tingkah Dedi ini membuatku resah serta jantungku berdegap makin kuat.

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA MONTOK PART2

Saya gak berani meredam karena saya takut tepisanku  memunculkan nada yang kemungkinan kedengar oleh sang cebol itu atau Cie Fifi. Saya cuma dapat usaha menggenggam ke-2  pergelangan tangan Dedi yang semakin lebih besar dari ke-2  pergelangan tanganku ini, serta saya coba tarik tangan Dedi ke bawah untuk bebaskan ke-2  payudaraku dari remasan remasan kurang ajar ini.

Namun tangan Dedi terlampau kuat buatku untuk kusingkirkan demikian saja. Saya mengulet kurang kuat, fokusku buat menyaksikan bab erotis di hadapanku ini mulai bubar sebab saya sendiri mulai terangsang gara-gara tingkah Dedi yang meremas ke-2  payudaraku.

"Ded… hentikan…", bisikku dengan ketus.

"Ssst!", Dedi menyuruhku diam, tetapi kurang ajarnya ke-2  tangan Dedi itu menempel kuat dan selalu meremasi ke-2  payudaraku.

Sadar dapat peluang Cie Fifi dengar suaraku barusan, saya memandang menuju Cie Fifi. Rupanya dia sedang pejamkan mata dan mendesah gak karuan sembari memegang sembulan pada sisi depan rok yang dikenainya, yang jelas yakni kepala sang cebol.

Kendati pun jantungku berdegap kuat memandang itu semuanya, terasa sakit pada ke-2  payudaraku membuatku kembali menggeliang, dan saya coba menjauhi payudaraku dari remasan remasan nakal ini. Namun dimanapun saya bergerak, telapak tangan Dedi masih tetap menempel kuat dan terus berikan remasan di ke-2  payudaraku.

Pikiranku mulai kacau balau serta napasku mulai berasa sesak. Perlahan-lahan tetapi jelas, saya mulai menderita karena rasa panas yang mulai menjalari badanku ini.

Selanjutnya saya pilih stop menggerakkan badanku, tetapi saya coba menggenggam dan menarik ke-2  telapak tangan Dedi yang repot permainkan ke-2  payudaraku ini. Saya sadar tenagaku tidak bakal ada maknanya buat Dedi, tetapi saya gak ingin berserah demikian saja.

"Mhhh…", saya dengar rintihan Cie Fifi.

Perhatianku kembali tertuju pada fragmen erotis di depanku. Entahlah semenjak kapan, saya memandang satu helai celana dalam yang tergelintang di dekat kaki Cie Fifi.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Itu pastinya celana dalam Cie Fifi yang diambil terlepas oleh sang cebol. Dan Cie Fifi yang sekarang sedikit membungkuk, mendesah dan mendesah dengan paras seperti meredam sakit saat sang cebol repot di rok Cie Fifi.

Saya pejamkan mataku, mengandaikan di rok Cie Fifi itu tak ada lembar celana dalam yang buat perlindungan vagina Cie Fifi. Serta saat ini sang cebol itu entahlah tengah menjilat-jilati bibir vagina Cie Fifi, menyesap serta memagut bibir vagina Cie Fifi, atau tengah menarik serta mengeduk lubang vagina Cie Fifi dengan lidahnya, atau mungkin dengan jarinya.

Rasa panas yang menjalari badanku ini kian jadi selesai.  Saya sudah terangsang, tidak tahu karena remasan nakal yang telah dilakukan Dedi di ke-2  payudaraku, atau sebab pikiranku yang melayang-layang mengayalkan apa yang berlangsung di rok Cie Fifi itu.

Serta badanku menggigil waktu saya hampir tidak dapat menghentikan diriku untuk mengesah sebab Dedi mencium tengkuk leherku, serta situasi jadi kian sukar untukku sewaktu saya rasakan jilatan Dedi di tengkuk leherku ini.

IV. Akhir Penderitaan Cie Fifi, Awalnya Deritaku

"Saya  baru ketahui seputar dua pekan kemarin, bila bu Fifi itu bisa pula difungsikan seperti kamu", bisik Dedi di telingaku.

Ingin rasanya saya menampar Dedi sebab ucapannya yang sangat kurang ajar itu. Tetapi saya tidak berani melakukan, selain saya takut kemunculanku di sini tepergok oleh Cie Fifi serta terlebih sang cebol, saya gak mau terima balasan yang aneh aneh dari Dedi dan bikin nasibku kian jelek.

Karenanya saya cuman dapat memandang Dedi dengan jengkel, tetapi bibirku malahan dipagut oleh Dedi. Saya pejamkan mataku dan meredam rintihanku. Saya cuma dapat pasrah membebaskan Dedi melumat bibirku hingga ia senang.

Tetapi waktu napasku nyaris habis, saya meronta sampai bibirku lepas dari pagutan Dedi, serta saya cepat usaha mengendalikan napasku sepelan barangkali supaya dengusan napasku ini tidak hingga sampai kedengar Cie Fifi maupun sang cebol.

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA MONTOK PART2

"Nungging di sono, Fifi", tiba-tiba kudengar nada sang cebol, yang tanpa malu memerintah Cie Fifi langsung menyebutkan nama Cie Fifi demikian saja.

Saya kembali mencermati mereka. Telunjuk sang cebol bergerak ke selembar kardus kusam dari sisi bangku tempat di mana dia menanti Cie Fifi barusan.

"Dasar kurang ajar. Kamu ingat ya! Ini hari telah ke sembilan!", kata Cie Fifi dengan 1/2 menyentak pada sang cebol.

"Iya iya… tinggal 1x kembali. Udah cepat nungging", sang cebol menyetujui.

Kendati raut paras Cie Fifi dilihat jengkel, Cie Fifi ikuti perintah sang cebol. Cie Fifi berlutut, lalu menyanggakan ke-2  tangannya di lantai. Setelah itu Cie Fifi merendahkan badannya dan menopangkan kepalanya di ke-2  tangannya yang sekarang terlipat tetapi tetap menyangga di lantai.

Tanpa ada bercakap apa apalagi, sang cebol melepaskan celana panjang dan celana dalamnya yang lumayan kusam. Lantas dia dekati Cie Fifi yang telah menungging itu serta membuka rok Cie Fifi ke atas. Tidaklah ada perlawanan sekalipun dari Cie Fifi sewaktu celana dalamnya dilorotkan sang cebol sampai ke lutut.

Sang cebol telah siap-siap buat nikmati badan Cie Fifi. Dia berdiri berada di belakang bokong Cie Fifi, ke-2  kakinya cukup direntangkan sedikit, serta sejenak kemudian…

"Engghh…", Cie Fifi melenguh.

Kusaksikan badan sang cebol mulai bergerak mundur-maju dibarengi desahan serta rintihan Cie Fifi. Entahlah mulai sejak kapan Cie Fifi jadi budak sex sang cebol ini, namun jika sudah kali ke sembilan seperti kata Cie Fifi barusan, saya kurang begitu bertanya-tanya memandang sikap sang cebol yang berani serta sekehendak hati seperti barusan.

Saya tidak menduga Cie Fifi yang tiap hari kelihatan demikian ramah dan enerjik, rupanya mengubur perkara yang gak jauh beda denganku. Saya terasa belas kasih pada Cie Fifi meskipun dari penuturan mereka barusan, barangkali Cie Fifi tinggal 1 kali kembali memasrahkan badannya dijarah oleh sang cebol itu.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Akan tetapi sebuah remasan kurang ajar di ke-2  payudaraku ini menyadarkanku kalaupun kini nasibku tidak lebih bagus dari Cie Fifi.

"Elok, saya horny nih… Habis mereka usai kelak, saya pun ingin sama kamu sayang…", bisik Dedi di telingaku, serta dia selalu meremas remas ke-2  payudaraku denzgan keras.

Saya menggeliang kesakitan. Dan kata-kata Dedi barusan membuatku tegang. Kelak Dedi dapat memaksakanku ngeseks dengannya. Saya terkenang intimidasi Dedi pada tempat tambal ban itu, serta hal tersebut membuatku risau lantaran secepatnya saya akan mendapatkan permasalahan jika Dedi mengenal saya memanfaatkan celana dalam.

‘Duh… bagaimana ini? Cepat Eliza… berpikiir…', saya berteriak dalam hati.

Saya terkenang mengenai beberapa argumen yang kupikirkan barusan. Sekarang tinggal bagaimana triknya saya meminta agar Dedi ingin dengar alasanku serta tak memaksakanku buat ngeseks dengannya.

"Oooh…", kudengar Cie Fifi mendesah sampai saya kembali melihat Cie Fifi.

Rupanya sang cebol tengah bergairah memaju mundurkan badannya ke selangkangan Cie Fifi. Badan Cie Fifi terbuncang guncang, membuatku sedikit ingin tahu apa penis sang cebol itu lumayan besar. Namun saya kembali menggelinjang kesakitan waktu Dedi meremas ke-2  payudaraku dengan gaungs.

"Ded, udah… sakit… turunin saya donk", saya berbisik dengan jengkel pada Dedi.

"Habis empuk sich", jawab Dedi kurang ajar sekalian meremas bongkahan payudaraku 1 kali kembali, lalu dia menurunkanku dari pangkuannya.

Saya memandang Dedi geram, serta dia cuma tersenyum senyuman, kayaknya dia suka seusai bikin ke-2  payudaraku ini mainannya mulai sejak barusan.

Suara rintihan Cie Fifi ditambah lagi dengusan sang cebol, membikin keadaan di gudang ini jadi sedikit ribut, karenanya saya berpikiran ini waktu yang pas buat memberikan niat dan alasanku pada Dedi tanpa takut kedengar oleh Cie Fifi atau sang cebol.

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA MONTOK PART2

"Ded, saya barusan itu hanya pamit ke WC. Saya oralin kamu saat ini saja ya, ngerinya kelak saya dimaki sama guru kalaupun saya kelamaan di sini.", saya berbisik perlahan sembari memandang Dedi dan melepaskan celana panjangnya sesuai kebutuhan.

Dedi diam, kayaknya dia sedang pikir.

"Ya udah, saat ini saja", jawab Dedi yang dengan berbisik.

Saya lega dengar jawaban Dedi, dan saya selekasnya merosotkan celana dalam Dedi buat cari penisnya. Saya termangu sebentar lihat penis itu telah ereksi, dan sewaktu saya memegang tangkai penis itu, berasa demikian keras.

"Udah berdiri Cantik… dikarenakan kamu", bisik Dedi dengan berlagak mesra.

Saya sedikit risi pula dengar rayuan porno Dedi. Namun saya tidak pengin menghabiskan waktu, saya lekas mulai merayu penis Dedi, mengocak tangkai penis itu secara halus.

"Oooh… nikmatnya memekmu Fiii", saya dengar sang cebol mengeluh, serta di saat saya melirik ke mereka, saya memandang sang cebol sedang menarik penisnya.

Nyatanya sang cebol cepat sudah keluar. Bagaimana dengan panjang penisnya? Apa lebih pendek dari biasanya punya banyak pejantan yang sempat menyetubuhiku?

Saat ini Cie Fifi terbujur rebah di atas kardus itu. Seingatku, semenjak barusan Cie Fifi cuma mendesah atau mendesah saja, tetapi tidak sampai melenguh layaknya seperti wanita yang dirundung orgasme. Apa sebab penis sang cebol itu begitu pendek? Atau mungkinkah penis sang cebol itu  seperti penis punya wali kelasku, yang benyek serta cepat keluar itu?

BERSAMBUNG...

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama