CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA MONTOK PART5

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA MONTOK PART5

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA MONTOK PART5, Hasrat-Bispak31 Ke-2  payudaraku pastilah telah mulai dilihat oleh Wawan dan Suwito yang saat ini jadi menelan ludah. Saya terus turunkan handuk ini hingga sampai ujung atas bibir vaginaku yang udah berkali kali berisi penis mereka itu terpasang di depan mereka.

Wawan dan Suwito selalu melotot menyaksikani badanku, hingga sampai mata mereka seperti mau keluar tempatnya. Saya bertambah semangat menarik mereka, serta pada kondisi telanjang bundar sebagai berikut, perlahan-lahan saya memutar badanku, lalu saya ambil langkah mengarah almari bajuku dengan kaki tersilang seperti seorang mode yang jalan di atas catwalk.

Saya ambil bra serta celana dalamku dari almari bajuku, menyengaja kupilih bra yang mempunyai ukuran amat kecil antara seluruhnya punyaku. Lantas saya kembali merapat ke jendela, dan saya mengambil langkah kesana dengan style seperti barusan sembari mengerling nakal dari mereka.

Seterusnya saya berencana berlambat lamban kenakan bra ini, perlahan-lahan tutup ke-2  payudaraku.

"Non… mari non… membuka dong…", saya dengar suara Wawan serta Suwito di luar yang meminta minta dengan muka asusila mereka itu.

Tidak tahu apa yang mereka memohon untuk dibuka, bra yang udah kukenakan ini, atau daun jendela kamarku ini, atau pintu kamarku, yang nyata saya tidak mungkin pengin merestui permintaan mereka.

Serta dalam hati saya bersungut-sungut, disini saya dapat dengar kalimat mereka yang tidak begitu keras itu secara jelas, namun barusan itu mereka beraga gak mendengarku. Karena itu saya memutus untuk bikin mereka tambah haus dan lapar dapat badanku, toh saya aman aman saja di sini.

Saya kembali mengerling dengan nakal menjurus mereka berdua. Saya selalu kenakan celana dalamku, dan seperti barusan, saya berlambat pelan menambah celana dalamku melintasi ke-2  pahaku, hingga akhirnya celana dalamku ini tutup selangkanganku dengan prima.

Lalu saya dekati mereka, seperti saya mau mempertunjukkan badanku dengan terang dari mereka semua.  Selanjutnya saya mengusung ke-2  tanganku, pejamkan mataku dan memutar badanku seakan tengah menari.

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA MONTOK PART5

Lalu saya melebarkan tanganku, menggenggam gordin jendela kamarku serta tutup sejumlah badanku dengan tirai itu, sekalian mengerling nakal mengarah mereka bertiga.

"Telah, saya pengen tidur!", saya bercakap dengan nada keras, lalu saya tutup tirai jendela kamarku ini.

Saya ketawa geli mengayalkan entahlah sekesal apa Wawan serta Suwito saat ini padaku. Kudengar gebrakan gebrakan kecil di jendela kamarku, namun saya tentu gak ingin menyikapi semuanya.

Perlahan-lahan saya menghela napas panjang, lalu saya ke meja dandanku buat keringkan rambutku dengan hair dryer. Saat lagi saya keringkan rambutku, kudengar handel pintuku tersentak sentak sekian kali, ternyata mereka telah terbakar hasrat serta memaksakan masuk ke sini untuk mendapatku, menggagahiku dan melumat habis badanku.

Jantungku berdegap cepat, serta saya jadi sedikit tegang juga.  Namun saya coba tenang. Saya tahu saya bakal aman di kamarku, mereka gak dapat berani melakukan perbuatan lebih jauh seperti menggempur pintu kamarku ini. Sesudah rambut ini kusisir rapi sampai berasa lembut serta nyaman, saya memutus untuk selekasnya tidur siang.

Saya gak ingin tidur kelamaan, karena itu saya menyetel weker biar berdering saat pukul lima sore kelak. Lantas dengan memakai bra serta celana dalam sesuai ini, saya meyusup masuk ke bed cover ranjangku.

Cukup sukar saya usaha untuk lekas tertidur. Andy selalu keluar di hadapanku tiap-tiap saya pejamkan mataku. Jika saya buka mataku, saya jadi mau malam lekas datang serta memikirkan begitu senangnya saya saat Andy mengontakku.

Saya tersenyum senyuman sendiri, dan tidak tahu berapakah lama lantas baru saya selanjutnya dapat tertidur.

VI. Marah Tiga Pejantan
Masih jam 1/2 empat sore saat saya udah terjaga dari tidur siangku. Namun rasa letih serta pegal yang menganiaya badanku waktu tiga ini hari telah menyusut banyak. Dan saya telah tersenyum senyuman kembali sebab bayang-bayang Andy telah kembali isikan hatiku.

"Non… non…", kudengar suara Sulikah yang mengetok pintu kamarku.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

"Iya, mengapa mbak?", tanyaku cemas.

"Ada tukang surat yang mohon tanda-tangan non Eliza", kata Sulikah.

"Oh ya mbak, sesaat", jawabku dengan malas.

Saya keluar bedcover ranjangku, dan udara dingin AC kamarku langsung mengenai badanku yang cuma berbalut bra serta celana dalam saja. Saya menggigil sebentar dan langsung lari ke dalam almari bajuku, lalu saya lekas memakai busana rumah ala-ala takarannya.

"Aduh… urgent deh…", saya mengeluhkan dengan khawatir.

Saya melihat dari balik tirai jendela kamarku, nampaknya Wawan dan Suwito telah tidak di muka jendela kamarku. Tidak tahu ada pada mana mereka saat ini, tak boleh jangan mereka tengah nungguin saya di muka pintu kamarku.

Karenanya dengan takut takut saya melihat dari kaca pengintip pintu kamarku, dan saya cuman dapat menyaksikan Sulikah yang menantiku.

"Mbak, harus saya ya yang tanda-tangan?", saya ajukan pertanyaan dengan keinginan jawabnya tak.

"Kata tukang suratnya sich harus non Eliza", jawab Sulikah.

Saya sedikit lemas dengar jawaban Sulikah ini. Saya mau biarkan tukang surat itu pergi, namun saya gak mau kedepan saya jadi makin ribet bila rupanya yang bisa diungkapkan tukang surat itu suatu yang perlu. Mau tak mau saya meniti dampak ini. Perlahan-lahan saya buka pintu kamarku, serta dengan ingin harap kuatir saya melihat apa mereka berada pada lebih kurang sini.

"Mbak, mereka berada pada mana?", tanyaku dengan berbisik bisik.

"Barusan sich ada pada kamar mereka, mbak", jawab Sulikah sembari tersenyum senyuman.

Dasar, ini orang menyaksikan anak majikannya takut dapat disetubuhi, bukan kasihan, malahan senyuman senyuman sesuai ini. Saya sedikit kecewa di Sulikah, namun saya tidak berujar apa apa serta lekas turun ke arah pintu gerbang.

"Ya pak?", tanyaku sewaktu saya telah ada di hadapan pengantar itu.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Kunjungi Juga : Pencuri Jackpot & Pemburu Hadiah

"Ini ada kiriman untuk mbak, tolong tanda-tangan di sini ya", kata pengantar itu sekalian memberinya sebuah amplop padaku, yang rupanya didalamnya Potongan harga Card dari restaurant pujaan Jenny, berikut dengan sebuah tandanya terima serta pulpen padaku.

"Oh ya, thanks pak", saya bercakap suka serta menanda menangani pertanda terima itu, lalu saya masuk ke dengan gembira.

Memiliki arti esok atau Senin saya dapat ekspos pada Jenny dan Sherly, saya terlebih dulu yang memperoleh Disc. Card ini. Dan saya dapat membayari mereka berdua di situ untuk bikin mereka makin dongkol padaku :p

Tetapi jantungku hampir stop waktu di garasi saya menyaksikan Suwito yang memburuku dengan cakepg seperti orang kelaparan. Saya menjerit ketakutan mengelit cekalan Suwito, dan saya lari ke dengan kuatir, mengharapkan saya sempat masuk ke kamarku dan mengamankan pintu.

"Tidak mesti lari non, buang waktu saja", ledek Suwito sekalian ketawa, serta dia mulai melafalkanrku, membuatku makin ketakutan dan saya lagi lari menjurus tangga.

"Aaah… jangaan…", saya menjerit seram sewaktu tiba-tiba Wawan ada dari balik tangga, dan saya mengelit sebisaku di saat Wawan pun ingin tangkapku.

Saya gak dapat ke tangga, pula tidak dapat lari ke luar. Saya lari ke tempat tamu, tetapi perlahan-lahan mereka jadi membuatku tersudut di sofa ruangan tamu. Saya jadi ngotot dan melompati meja di tempat tamu ini, lalu saya punya tujuan larikan diri ke ruangan keluarga.

Tetapi mereka bisa semakin cepat menghalangku, serta selalu menyekapku sampai saya kembali tersudut, terkepung di grandfather clock yang terpancang di area tamu ini.

"Udah non, saat ini non Eliza berserah saja…", kata Wawan yang kian merapat dan siap-siap menangkapku.

"Waktunya non berserah dan main main sama kami", Suwito menambah sekalian tersenyum asusila.

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA MONTOK PART5

Jantungku berdegap lebih cepat. Saya tahu saya jangan hingga ketangkap mereka. Karena mereka berdua yang benar kedepan dapat ditambah lagi pak Berbudiin, pasti memerkosaku hingga mereka suka menyelesaikan marah birahi mereka padaku.

"Ko… kok telah pulang?", kataku sekalian arahkan penglihatanku ke pintu khusus tempat keluarga yang kelihatan disini.

Wawan serta Suwito langsung melihat ke pintu, tentu mereka terkaget 1/2 mati dengar kata kataku barusan.

Kesempatan berikut langsung kugunakan buat larikan diri ke arah tempat keluarga, dan saya dapat lolos dari kepungan mereka berdua.

"Wah non Eliza nakal!", gerutu Suwito yang selanjutnya langsung menyebutrku.

"Tak boleh lari non!", sengit Wawan yang turut mengartikulasikanrku.

Saya mati matian lari selekas-lekasnya ketujuan tangga, dan keliatannya saya benar-benar bisa lebih cepat pada mereka. Saya lagi tuju ke kamarku, dan saya sukses mengamankan pintu kamarku benar sebelumnya handel pintu kamarku ini tersentak sentak.

Jantungku ibaratnya bakal lepas. Tentu Wawan serta Suwito lagi usaha buka pintu kamarku. Namun saya  sadar jika saya udah aman dalam kamarku ini.

‘YES!!', saya berteriak dalam hati dengan suka.

Lega sekali rasanya saya dapat terhindar dari 2 maniak itu. Bukan saya tidak pengen layani mereka, saya cuma ingin menaruh tenagaku ini hari, sangat tidaklah sampai saya tuntas telpon dengan Andy malam nanti.

Saya sedikit berkeringat gara-gara baru-baru ini lari dengan maksimal seperti barusan. Napasku pula sedikit gak teratur dan badanku sedikit gemetaran, namun sekarang semuanya telah aman. Serta saya pikir kalau merendam di air hangat barangkali dapat turunkan kemelutku.

Jadi saya ambil satu set busana tukar komplet dengan bra serta celana dalam dari almari bajuku, serta saya mengambil langkah ke kamar mandiku. Gak lupa saya mengikutsertakan handuk yang bergantung di muka wastafel, serta saya siap-siap nikmati nyamannya bathtub kamar mandiku.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

"Haaaaah…", saya menjerit ketakutan sewaktu saya lihat pak Bijaksanain yang ada di kamar mandiku, tidak tahu sejak mulai kapan dia ada dalam sini.

Lembar buat lembar busana yang kubawa berguguran ke lantai kamarku saat saya mundur mundur sekalian menggelengkan kepalaku berkali kali, sementara pak Bijakin mulai dekatiku.

"Pak… tak boleh pak…", saya merengek-rengek dengan suara memelas, namun kondisi ini tetap, pak Bijaksanain selalu dekatiku.

Saya kian was-was, gak tahu harus lari ke mana. Tetapi saya tetap punyai angan-angan. Asal saya dapat memperdayai pak Bijaksanain sampai saya dapat lari ke kamar mandi di kamarku ini dan menggembok pintunya, barangkali saya dapat selamat, minimal untuk beberapa waktu.

"Pak… ya sudah Eliza pengen sama pak Bijakin saja, tetapi gak boleh panggil yang lain ya", saya berniat merengek-rengek dengan manja serta saat ini saya jadi merapat ke pak Bijakin.

Saya bakal menarik kaus yang kukenakan ini, namun saya menyudahi niatku waktu pak Bijakin yang tetap berdiri di muka pintu kamar mandiku ini justru buka gordin kamarku yang benar-benar ada di dekatnya.

Saya udah patah semangat, angan-anganku redup benar-benar saat saya menyaksikan kunci jendela kamarku dibuka oleh pak Bijakin, karenanya mempunyai arti jalan masuk ke kamarku terbuka untuk Wawan serta Suwito.

Saya mustahil miliki cukup waktu buat larikan diri melalui pintu kamarku yang terkunci ini, karena saat saya memutar kunci pintu kamarku, pak Berbudiin tentu sudah menangkapku.

"Saya sich puas senang saja non jika dapat ngeseks sama non sendirian, sekedar saya gak sedap sama Wawan dan Suwito. Saya dapat turut nikmati non Eliza kan lantaran mereka pun", kata pak Berbudiin yang sekarang kembali merapat ke arahku.

Saya benar-benar geram dengar ujaran pak Bijakin, yang betul itu. Jika dahulu Wawan serta Suwito tidak mengawali kekurang tuntunan mereka padaku, belumlah tentu pak Berbudiin dapat turut nikmati badanku dengan mereka.

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA MONTOK PART5

Lebih kembali, belum pasti saya harus jadi budak sex mereka bertiga di rumahku sendiri semenjak tahun akhir 2004 tempo hari.

Namun tidaklah ada waktu untukku buat mengenang saat waktu lalu.  Saya sadar waktu ini pak Berbudiin telah dekat sekali, dan saya sempat berputar-balik ke belakang untuk menghindari saat pak Bijaksanain coba tangkap badanku.

"Pak…", saya kembali mundur mundur ketakutan, saat ini saya nyata-nyata berasa dapat digagahi.

"Fiiin, kowe onok ndek njero toh? Marilah bukaen pintu kamare dol!", saya dengar Wawan berseru dari depan pintu kamarku.

"Yo, untung toh maeng saya ngenteni nang njero kamar mandine non Eliza? Lek nggak, saiki kene lak ngaplo maneh? Namun saiki kowe mlebu teko jendelo ae Wan, kuncine wes gak buko. Wedine non Eliza mlebu lan bersembunyi nang njero kamar mandine lek saya mbukano pintu gawe kowe. To, kowe ngenteni nang ngarep pintu ae, ben Wawan seng mbuka pintune gawe kowe", kata pak Bijakin dengan bahasa Suroboyoan dari mereka, serta pak Berbudiin lagi dekatiku.

Yang gak ketahui omongan mereka yang memakai bahasa Suroboyoan itu, barusan Wawan menanyakan apa pak Bijakin berada pada dalam kamarku, serta memerintah pak Bijaksanain buka pintu kamarku untuk mereka.

Pak Bijaksanain menyepakati kalaupun dia berada pada dalam sini, sekalian menyenangkan hati diri lantaran dia barusan tunggu dalam kamar mandiku. Kalaupun tak, waktu ini mereka pastinya kembali tidak bekerja. Tetapi pak Bijaksanain memerintah Wawan masuk ke kamarku lewat jendela kamarku yang kuncinya telah dibuka olehnya, sebab pak Bijaksanain takut saya bakal masuk serta sembunyi dalam kamar mandiku pada saat dia buka pintu kamarku untuk Wawan.

Tidak hanya itu pak Bijaksanain pun minta Suwito untuk menanti di muka pintu kamarku, hingga Wawan buka pintu kamarku buatnya. Dengan demikian saya mustahil dapat larikan diri melalui mana saja, lantaran seluruhnya jalan keluar kamarku udah terbangun oleh mereka.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Sungguh-sungguh hilang ingatan, pak Berbudiin hingga telah membuat trik seperti berikut buat tangkapku, serta betul-betul mereka sukses membuatku terkepung dalam kamarku sendiri. Tidak tahu bagaimana dia dapat pikirkan ini, yang terang waktu ini saya sudah tidak dapat melakukan perbuatan apa manalagi, dan saya tinggal tunggu waktu sebelumnya badanku ini jatuh ke tangan mereka.

"Aduh… tidak boleh paak…", saya menjerit di saat ke-2  tanganku telah ketangkap pak Bijaksanain yang tau-tau menangkapku, dan saya betul-betul gak sempat mengelak karena semangatku telah sirna.

Saya mulai coba meronta, namun semuanya itu buang waktu saja. Apalah makna tenagaku, seorang gadis yang imut jika ketimbang dengan pak Bijaksanain yang punyai tubuh tegap serta kekar itu?

Tidak lama kemudian Wawan masuk dari jendela kamarku, lalu dia mengancingnya. Gordin itu pula ditutup olehnya.

"Pintar kowe Fin", kata Wawan yang tampak sangatlah puas dengan kesuksesan taktik pak Berbudiin.

Lalu Wawan melangkah menuju pintu kamarku, sekalian menatapku dengan senyuman penuh kemenangan, dan dia buka pintu kamarku buat Suwito. Mereka berdua sama sama tos dengan bergairah, membuatku makin lemas lihat ini semua. 

VI. Pembantaian Itu Diawali
Lengkaplah sudah ke-3  pejantan yang tentu akan selekasnya melumat badanku buat mengeluarkan sakit hati mereka padaku. Tidak tahu mereka dapat menggasakku semacam apa, saya gak berani mengandaikan nasibku akan seburuk apa ini hari.

Saya meronta ronta pada saat Wawan dan Suwito dekatiku sekalian menyeringai. Walau sebetulnya mereka kerapkali nikmati badanku, tetap sekarang saya takut takut lihat tatapan mereka yang seperti mau menelanku bundar bulat.

Saya terus coba melepas ke-2  tanganku dari cengkaman tangan pak Bijakin.

"Jangan… tak boleh sekarang… esok saja… tidak boleh hari ini… saya mmpph…", permintaanku yang sia sia ini terputus oleh Suwito yang dengan buas udah melumat bibirku.

Saat saya mengerang rintih hingga selanjutnya megap megap lantaran kekurangan napas, kurasakan celana pendek berikut celana dalamku telah dilorotkan.

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA MONTOK PART5

Saya gak menyaksikan siapakah yang melakukan, tetapi dengan pak Berbudiin yang mencengkam ke-2  tanganku serta Suwito yang masih memagut bibirku, saya tahu aktornya nyata Wawan.

Ke-2  kakiku sedikit direntangkan, serta seterusnya Wawan memagut bibir vaginaku dengan penuh hasrat.

Saya mulai melemas, serta di saat pak Bijakin membebaskan cekamannya pada tangan kananku, saya telah begitu kacau balau buat memakai tangan kananku tidak tahu untuk menggerakkan Suwito masih repot melumat bibirku, maupun Wawan yang selalu memagut bibir vaginaku. Bahkan tenaga pada tangan kananku ini rasanya musnah tidak tahu ke mana.

"Mmhh… sudaah… lepaskan…", saya meminta serta merengek-rengek saat Suwito melepas pagutannya di bibirku.

"Lepasin? Non Eliza tak boleh mimpi dech!", kata Suwito dengan napas mengincar, dan dia bersama pak Bijakin menarik kaus yang kukenakan ini ke atas sampai lepas dari badanku.

Saat ini saya tinggal kenakan bra yang warna putih ini, dan saya tahu sesaat lagi pembantaian kepada diriku bakal selekasnya diawali.

Pak Berbudiin dan Suwito yang berdiri di sebelah kiri dan kananku ini, melingkarkan ke-2  tanganku di leher mereka.

BERSAMBUNG...

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama